Kurikulum Living Qur’an

Moderasi Islam

Islam dan umat Islam saat ini menghadapi paling tidak dua tantangan ; pertama : kecenderungan sebagian kalangan umat Islam untuk bersikap ekstrim dan ketat dalam memahami hukum-hukum agama dan mencoba memaksakan cara tersebut di tengah masyarakat Muslim, bahkan dalam beberapa hal dengan menggunakan kekerasan, dan mengkafirkan aliran dan/atau agama lain. Kedua : kecenderungan lain yang juga ekstrim dengan bersikap longgar dalam beragama dan tunduk pada perilaku serta pemikiran negatif yang berasal dari budaya dan peradaban lain.

Kedua sikap di atas tidak menguntungkan Islam dan umat Islam. Kecenderungan pertama telah memberikan citra negatif kepada Islam dan umat Islam sebagai agama dan komunitas masyarakat yang eksklusif dan mengajarkan kekerasan dalam dakwahnya. Sementara kecenderungan kedua telah mengakibatkan Islam kehilangan jati dirinya karena lebur dan larut dalam budaya dan peradaban lain. Yang pertama terlalu ketat bahkan cenderung menutup diri dalam sikap keberagamaan, dan yang kedua terlalu longgar dan terbuka sehingga mengaburkan esensi ajaran agama itu sendiri.
Kedua sikap ini tentu bertentangan dengan karakteristik umat Islam yang dalam QS. Al-Baqarah : 143 disebut sebagai ummatan wasathan dengan pengertian tengahan, moderat, adil dan terbaik. Sifat wasath ini diperoleh karena ajaran yang dianutnya bercirikan wasathiyyah. Karakter dasar ajaran Islam yang moderat saat ini tertutupi oleh ulah sebagian kalangan umatnya yang bersikap radikal di satu sisi dan liberal di sisi lain. Kedua sisi ini tentu berjauhan dengan di tengah (wasath).
Living Quran menggunakan pendekatan moderasi Islam dalam kurikulumnya, yang mengedepankan pengajaran kepada siswa/I dalam mempelajari agama Islam secara utuh (komprehensif). Sehingga, tidak bertindak secara radikal disatu sisi maupun liberal disisi lain. Tidak mudah dalam mempelajari agama Islam dari aliran tertentu karena memiliki dasar keislaman dan keimanan yang kuat, serta tidak mudah mengkafirkan seseorang apabila pendapat orang tersebut berbeda dibandingkan dengan pendapatnya.

Tujuan Kurikulum Living Qur’an

Kurikulum Living Qur’an (LQ) disusun dengan tujuan mempersiapkan siswa meraih predikat taqwa yang akan mengantarkannya menuju kesempurnaan kemanusiaan dan kemuliaan di sisi Allah. Taqwa yang dimaksud dalam kurikulum LQ diartikan sebagai sikap tunduk seorang mukmin di hadapan keagungan Allah Swt dengan berlandaskan pada pengetahuan; konsisten dalam menjalankan ketaatan dengan melaksanakan perintah maupun menghindari larangan-Nya; serta memiliki harapan akan mendapat karunia-Nya dan diselamatkan dari adzab-Nya, yang lahir dari kesadaran akan kelemahan manusia sebagai makhuk Allah yang memiliki banyak keterbatasan. Pengertian taqwa tersebut meliputi tiga aspek utama yang menjadi penopang seseorang untuk mencapai derajat taqwa, yaitu aspek akidah, syari’ah, dan akhlak. Dengan kata lain, taqwa merupakan hasil dari kualitas akidah (iman), syari’ah (Islam), dan akhlak (ihsan) seseorang.

Aspek pertama pilar ketaqwaan adalah akidah (keyakinan) yang benar berupa keimanan terhadap Allah Swt yang diwujudkan dalam sikap tunduk seorang mukmin di hadapan keagungan-Nya dengan berlandaskan pada pengetahuan tentang-Nya.
Aspek kedua pilar ketaqwaan adalah syari’ah yang terwujudkan dalam komitmen yang konsisten dalam menjalankan ketaatan baik melaksanakan perintah maupun menghindari larangan Allah Swt. Komitmen dalam beribadah akan meningkatkan kadar ketaqwaan

Aspek ketiga pilar ketaqwaan adalah akhlak, khususnya kepada Allah Swt., yang tercermin dalam sikap berharap mendapat karunia Allah dan diselamatkan dari adzabnya, yang lahir dari kesadaran akan kelemahan manusia sebagai makhuk-Nya yang memiliki banyak keterbatasan.Dalam hadis Jibril, dijelaskan bahwa selain iman dan Islam, pilar ketiga agama ini disebut juga ihsan. Akhlak yang mulia akan menjadikan siswa pribadi yang bertaqwa

Konsep Dasar Kurikulum Living Qur’an

Islam merupakan agama yang sempurna. Melalui Al-Qur’an dan hadist, Islam telah memberikan pedoman hidup yang lengkap untuk kehidupan manusia mulai dari bangun tidur hingga tidur kembali. Mulai dari hal-hal yang sifatnya ibadah spiritual seperti shalat, zakat, puasa dan haji, hingga ibadah-ibadah yang sifatnya rutinitas seperti; akhlak terhadap yang lebih tua bahkan hingga adab ketika masuk kamar mandi. Maka, penting untuk mempelajari ajaran agama Islam secara menyeluruh agar merasa yakin bahwa Islam sebagai agama yang membawa rahmat bagi semesta alam.

Oleh karena itu, adalah penting untuk siswa memahami dan mempraktekkan hasil belajarnya, bukan sebatas menghafalkan fakta-fakta. Pemahaman yang menyeluruh dan mendalam terhadap konsep-konsep inti dalam ajaran Agama Islam, akan mampu mengarahkan peserta didik untuk bersikap islami dalam berbagai kondisi. Siswa akan mencintai Islam sebagai agamanya, dan akan memahami bahwa Islam adalah benar sebagai rahmat bagi semesta alam. Konsep dasar agama Islam dalam Kurikulum Living Qur’an adalah sbb :

Ketuhanan
Allah SWT adalah Yang Maha Pencipta. Ia selalu hadir dalam keseharian kita, selalu berperan dalam setiap nikmat yang kita rasakan dalam kehidupan, dan karenanya menjadi Dzat yang layak kita sembah. Kebesaran Allah meliputi langit, bumi dan segala isinya. Keagungan Allah meliputi makhluk yang nyata atau tak kasat maka. Kebesaran Allah membuat Dia tidak membutuhkan makhluk. Makhluk-Nya lah yang membutuhkan kasih sayang, perlindungan, dan pertolongan-Nya. Kasih sayang Allah itu luas, besar, dan banyak. Pemahaman seperti ini yang seharusnya siswa ketahui, sehingga akan timbul rasa cinta kepada Tuhan-Nya. Kesadaran siswa sebagai manusia yang menjadi makhluk Allah yang lemah akan membuat siswa semakin khusyuk dan ringan dalam beribadah guna meraih ridho-Nya

Kerasulan
Karena kasih sayang-Nya, Allah SWT menurunkan kitab suci dan menjaga otentisitasnya sebagai petunjuk dan pedoman dalam menjalankan kehidupan. Juga karena kasih sayang-NYa, Allah SWT mengutus Nabi & Rasul yang membacakan, menjelaskan serta mencontohkan penerapan isi kitab suci tersebut. Dari konsep kerasulan, siswa diajak untuk mempelajari kisah hidup dari para Rasul serta meneladani dari setiap hikmah pelajaran hidup para Rasul

Khalifah

Jin dan manusia diciptakan Allah dengan tujuan untuk menyembah-Nya. Manusia diciptakan untuk menjadi khalifah atau pemimpin di bumi. Tugas manusia adalah untuk memelihara, menjaga, membimbing dan mengarahkan apapun yang ada di sekitar untuk mencapai tujuan penciptaanya. Penanaman khalifah penting pada siswa agar dapat mencetak khalifah masa depan yang moderat, berlaku adil, dan peduli sesama.

Ibadah

Ibadah merupakan bentuk syukur sekaligus kebutuhan kita dan karenanya perlu kita lakukan sesuai dengan tuntunan agama. Selalu ada dimensi vertikal dan horizontal dalam beribadah. Vertikal merupakan ibadah kepada Allah untuk menggapai ridha dan kasih sayangNya. Horizontal merupakan ibadah kepada Allah dengan menunjukkan kepedulian sesame. Ibadah bukan hanya shalat, puasa, zakat dan haji saja. Sedekah, senyum kepada sesama, bersikap ramah kepada tetangga, menghormati orang tua dan guru, mencari nafkah, belajar disekolah, bahkan menyingkirkan dahan dari jalan raya pun tergolong ibadah. Segala aktivitasyang dimulai Dengan memaknai ibadah yang sesungguhnya, siswa tidak akan merasa terbebani saat beribadah. Ibadah akan terasa menyenangkan dan ringan.

Ilmu

Ketika lahir, manusia tidak memiliki pengetahuan maupun ketrampilan apa pun. Lalu Allah lah yang memberi pendengaran, penglihatan dan hati yang membuatnya mampu menjalankan perannya sebagai khalifah di muka bumi. Oleh karena itu, tidak pantas bagi manusia untuk bersikap sombong dengan segala pencapaiannya. Dalam menjalankan perannya tersebut, manusia membutuhkan ilmu. Ilmu dibutuhkan agar peran ini dapat dijalankan secara itqon (profesional). Selain itu, kebutuhan manusia untuk menyempurnakan hidup juga menuntut manusia untuk berilmu, baik ilmu yang terkait dengan syariah maupun ilmu umum lainnya. Kesadaran akan pentingnya ilmu, akan membuat siswa semangat dalam menuntut ilmu disekolah.

Rahmat

Allah SWT mengutus Rasulullah SAW sebagai teladan bagi manusia, untuk menjadi rahmat bagi semesta. Allah merupakan sumber rahmat. Rahmat Allah lahir dalam bentuk kasih sayang, kelembutan, cinta, nikmat, dan perdamaian. Rahmat melahirkan manfaat yang banyak, dan tidak terbatas pada ruang dan waktu. Rahmat juga mengundang keberkahan, yaitu kebaikan yang berlimpah, dan terpenuhinya kebutuhan manusia. Pemahaman yang benar terhadap konsep rahmat, akan melahirkan siswa menjadi individu yang bertakwa.

Sub Bidang Studi Living Qur’an
Untuk mencapai tujuan kurikulum Living Qur’an, peserta didik perlu memahami konsepkonsep dasar dalam kurikulum Living Qur’an. Pemahaman tersebut ditanamkan pada diri siswa melalui serangkaian pengalaman belajar. Khususnya terkait dengan aspek-aspek islam, iman dan ihsan, yang tercermin dalam :
Keimanan

Pemahaman dan keyakinan atas ke-Mahaesaan Allah, adanya malaikat, hari akhir, nabinabi yang diutus Allah, hari akhir serta qadha dan qadar. Pemahaman Dasar dalam aspek keimanan relaf lebih sedikit, namun berulang pada beberapa level. Diharapkan siswa akan mendapatkan pemahaman yang semakin mendalam seiring peningkatan kemampuan kognifnya.

Fiqih

Pengetahuan dasar mengenai hukum-hukum ibadah keseharian yang meliputi : ibadah (sholat, shaum, infaq, haji) dan muamalat (nikah, jual beli, dll). Pemahaman makna dari hukum keseharian lebih ditonjolkan ke dalam diri siswa agar tidak terasa berat dalam menjalankan ibadah

Sejarah dan Kebudayaan Islam

Wawasan mengenai praktek bagaimana orang-orang terdahulu mengaplikasikan aspek aqidah dan fiqih yang melahirkan sebuah peradaban.

Pembelajaran dan Penilaian

Metode pembelajaran yang menarik ditawarkan melalui kurikulum Living Qur’an dengan 4 (empat) keunggulan dan kekhasan Living Qur’an. Yaitu ;

Pemahaman konsep

Pribadi bertaqwa dibentuk melalui pemahaman yang benar terhadap konsep-konsep inti ajaran agama Islam. Inilah yang menjadi jiwa bagi seluruh aktivitas pembelajaran siswa

Pendekatan Positif

Kurikulum Living Qur’an (LQ) mengunakan pendekatan positif, memberi kabar gembira, bukan menakut – nakuti, memudahkan bukan mempersulit. Pendekatan ini diharapkan dapat menimbulkan kecintaan pada Allah dalam diri siswa. Cinta ini akan mendorongnya untuk beribadah dan berbuat seperti apa yang Allah sukai.

Metode Aktif

Dalam kurikulum Living Qur’an siswa diajak untuk inkuiri dan mengeksplorasi ajaran agama Islam dengan menggunakan hati, akal, dan seluruh inderanya. Diharapkan proses belajar menjadi aktivitas yang menantang dan menyenangkan bagi siswa, sekaligus menjawab kebutuhanya.

Aplikasi Relevan

Nilai – nilai ajaran agama Islam bersifat tetap. Namun, aplikasinya dalam konteks waktu, tempat dan pelaku bisa jadi berbeda. Islam merupakan pedoman hidup yang perlu diaplikasikan, bukan hanya diketahui dan dihafal. Proses pembelajaran kurikulum Living Qur’an harus berorentasi pada aplikasi relevan.

Metode penilaian dalam kurikulum Living Qur’an, berbeda dibandingkan dengan kurikulum lainnya. Assessment dalam pendidikan Agama Islam, tidak akan bisa memberikan gambaran yang akurat 100% mengenai pemahaman keagamaan siswa. Hal ini dikarenakan adanya ranah-ranah yang tidak dapat diobservasi dan diukur dalam pemahaman keagamaan seseorang. Aspek yang dapat di-assess sebatas pada :
– Pemahaman pengetahuan dan ketrampilan
– Sikap belajar secara umum
– Sikap dalam pendidikan atau isu keagamaan.

 

 

logo-lq-jargon

Living Qur’an  – Pusat Studi Al-Qur’an

Jl Kertamukti No. 63 Kel Pisangan, Kec Ciputat Timur,

Tangerang Selatan – Banten – Indonesia

+621 – 742 1661 Fax : +621 742 1822 Call Centre: 0812 1918 0562

www.psq.or.id – www.livingquran.or.id