Akibat Taubat Palsu

Diceritakan dalam sebuah hikayat bahwa Mansur bin Amar mempunyai seorang teman yang sudah terlanjur zalim terhadap dirinya. Kemudian ia bertaubat dan mengisi hari-harinya dengan berbagai amal kebajikan serupa tahajud dan lain-lain. Namun sudah beberapa hari belakangan Mansur tidak mendengar kabar tentang temannya itu. Ada yang mengatakan bahwa dia tengah sakit.

 

Sesaat setelah itu, Mansur pun langsung mendatangi rumahnya untuk memastikan berita tersebut. Ternyata benar ia mendapati temannya itu sedang terbaring lemah tak berdaya di tempat tidurnya dengan kondisi mata merah dan bibir pecah-pecah. Lalu dengan penuh rasa khawatir ia nasehati temannya itu untuk memperbanyak mengucapkan kalimat laa ilaha illallah.

 

Lantas ketika mendengar hal itu, sang teman pun membuka matanya dan meliriknya dengan pandangan yang aneh. Mansur mengulangi nasehatnya untuk kali yang kedua dan ketika, namun tetap saja temannya itu diam tak bergeming seakan tidak bisa mengucapkannya. Tak lama berselang dia kembali membuka matanya sembari berkata “wahai Mansur saudaraku, antara diriku dan kalimat tersebut terdapat hijab yang membuatku sulit untuk mengucapkannya”.

 

Mansur pun merasa iba bercampur kaget mendengar jawaban temannya itu, lalu ia berkata “wahai saudaraku, bagaimana mungkin hal itu bisa terjadi padahal kamu selalu melakukan salat, puasa, tahajud, dan amal-amal baik lainnya? Lalu dengan berat hati temannya berkata “semua itu aku lakukan bukan karena Allah, termasuk taubat yang aku perlihatkan kepada orang-orang merupakan taubat palsu yang bertujuan supaya orang-orang memuji dan menyebut-nyebutku”.

 

Dia terus berujar “ketika sendirian, aku kunci pintu kamarku dan aku tutup jendelanya, lalu aku kembali melakukan hal-hal yang dahulu aku biasakan seperti minum-minuman keras dan perbuatan maksiat lainnya. Sampai suatu hari aku sakit parah dan bertekad untuk bertaubat serta meninggalkan semua kemaksiatan tersebut. Allah pun menyembuhkanku, namun sayang aku kembali melakukannya. Kemudian sakit dan Allah kembali menyembuhkanku seperti sedia kala”.

 

“Sampai suatu saat, aku kembali berbuat maksiat dan melupakan taubat yang pernah kuucapkan sebelumnya. Sehingga Allah pun melaknatku dengan penyakit sebagaimana yang kamu lihat sekarang. Beberapa waktu yang lalu saya berniat untuk kembali bertaubat dan bersumpah demi ayat-ayat al-Qur’an untuk tidak mengulanginya lagi, tapi anehnya aku tidak bisa mengucapkan kata-kata taubat itu walau sepatah katapun. Aku yakin bahwa ini merupakan tanda kemurkaan Allah terhadapku”.

 

Mansur bin Ammar pun tak kuasa menahan air mata kesedihan melihat kondisi temannya itu. Ia berkata “demi Allah, aku tidak keluar dari kamarnya melainkan mataku dibanjiri air mata kesedihan melihat keadaannya, dan ketika aku berniat untuk pergi dan keluar dari kamarnya, tiba-tiba ada yang mengatakan bahwa temanku itu telah tiada. (disarikan dari buku Alf Qisshah wa Qisshah karya Hani al-Hajj).

 

Penggalan kisah tersebut setidaknya mempunyai dua hikmah yang sangat berharga. Pertama, sekalipun Allah memerintahkan manusia untuk selalu bertaubat kepada-Nya ketika melakukan sebuah kesalahan dan sangat mencintai mereka sebagaimana firman-Nya dalam Surah al-Baqarah ayat ke-222, tapi bukan berarti hal itu lantas membuat mereka seenaknya mempermainkan rahmat dan kasih sayang Allah dengan cara kembali mengulangi kesalahan yang pernah dilakukan. Karena bisa jadi ketika kesalahan itu diulangi, jatah umur yang Allah berikan juga berakhir, sehingga taubat yang sedianya direncanakan tidak sempat dilakukan.

 

Kedua, betul Rasulullah Saw memerintahkan umatnya untuk mengiringi kesalahan yang pernah dilakukan dengan perbuatan-perbuatan positif agar perbuatan positif tersebut menghapuskan kesalahan-kesalahan yang pernah ada sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Imam al-Tirmidzi dalam Sunan-nya. Namun bukan berarti perbuatan positif yang dimaksud adalah perbuatan yang direkayasa serta disengaja untuk mendapatkan perhatian ataupun pujian orang lain. Bagaimanapun pandainya seseorang menipu manusia, namun Allah tidak akan pernah bisa ia bohongi.

 Penulis :

Yunal Isra

Post Author: admin LQ

berbagi manfaat, tebarkan kebaikan #Allahu akbar #NasihatHati

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *